Suatu hari di teriknya sang
surya angan ini terbawa ke Kota Gudeg, Yogyakarta. Saya belum pernah ke
luar kota yang dekat sekalipun apalagi ke luar provinsi, lama di
benaknya ingin berkunjung ke kota tersebut. Tak lama dari itu, sebuah laptop yang telah terhubung dengan jaringan internet perlahan di buka,
mencari beberapa informasi tentang yang menarik di sana,
termasuk naik apa ke sana, berapa biayanya. Begitu dirasa cukup dapat
informasinya saya akhirnya memutuskan untuk naik kereta api.
Disuatu hari kerja pada jam istirahat saya meminta ijin untuk membeli tiket kereta di Stasiun Gubeng Surabaya. Angan ini sudah entah kemana - mana, terbayang band Kla Project dengan lagu populernya Yogyakarta, makan nasi gudeg. Pada waktu itu hari sangat cerah, tiket sudah di beli tinggal menunggu hari berangkatnya. Segala persiapan dirasa sudah cukup, salah satunya tempat yang kudu dikunjungi di sana, beberapa tempatpun ditulis seperti :
1. Keraton,
2. Museum Benteng Vredeburg dengan sejarahnya,
3. Jl. Malioboro dengan keanekaragaman yang di jual,
4. Pasar Beringharjo,
5. Dan yang gak ingin terlewatkan ingin berkunjung ke Candi Borobudur.
Segala tempat sudah di tulis, hari H tiba sesegera mungkin saya mengambil tas, membangunkan bapak untuk berangkat ke Stasiun Gubeng Surabaya, pagi itu jalanan cukup lengang, angkot terlihat sedikit berlalu lalang, berbincang di atas motor menuju Stasiun. Sekitar 20 menit sudah sampai di sana. Menunggu sang Sancaka Pagi untuk mengantar ke Yogya. Keberangkatan saat itu pukul 07.00 dari Stasiun Gubeng Surabaya. Disebelah saya berdiri seorang Kakek, terdengar ucapan logatnya seperti dari luar jawa.
Saya bertanya, " Kakek menunggu kereta apa?"
Kakek menjawab, " Saya menunggu Sancaka Pagi untuk ke Yogya."
Saya, " Loh, sama saya juga mau ke Yogya, kita berangkat sama-sama saja pak
(kebetulan waktu itu saya kebagian di gerbong 1 no. tempat duduk 16D)
Kakek, " Iya, berangkat sama-sama saja
(kakek duduk seingat saya di gerbong ke 2)
Sepuluh menit sebelum keberangkatan kita masuk untuk menunggu kereta. Tak lama kemudian suara kereta berbunyi, ingatan terbayang pada nyanyian waktu saya di TK terdengar sudah, akhirnya saya mendengarnya secara langsung pada waktu itu. Kami beserta penumpang lainnya mulai memasuki kereta sesuai dengan gerbong dan tempat duduk yang telah tertera di tiket. Sekitar 5 menit kemudian kereta berangkat, rasa penasaran ini menghantui Putra untuk pertama kalinya menaiki kereta.
Perjalanan menyusuri kota, pedesaan. Di setiap Stasiun besar kereta ini berhenti untuk menurunkan dan menaikkan penumpang yang lain. Kebetulan waktu itu saya masih duduk sendiri, disebelah kiri terlihat 2 orang yang sedang asik membaca korannya, sambil berkipas-kipas sesekali ku lihat mereka, tak luput juga ku lihat pemandangan selama perjalanan. Kereta berhenti di salah satu Stasiun dan salah satu penumpangnya duduk di sebelah saya, sekitar 15 menit terdiam, perbincangan di mulai, sebut saja namanya Pak Andre, saling bertanya akan kemana, bertanya tentang bekerja dimana, dan hal lain juga.
Ternyata Pak Andre ini pernah bekerja di tempat sekarang saya bekerja. Pak Andre pernah bekerja dengan atasan saya sebut saja Pak Andi, tak lama sambil berbicara, beliau mengeluarkan sebuah hp, dan sepertinya sedang memanggil seseorang di salah satu kontak beliau. Terdengar nama Pak Andi, dan saya menduga (ternyata benar menelpon Pak Andi). Perbincangan terdengar cukup lama, saling sapa antara mereka, sepertinya saling lama tak bertemu. Setelahnya beliau terdiam agak lama, dan perbincangan di rasa cukup, beliau mengakhiri telepon, tak terasa juga ternyata sudah setengah perjalanan ini, Pak Andre turun disalah satu Stasiun di Jawa Tengah. Beliau berpamitan pada saya dan berpesan untuk menitipkan salam kepada rekan kerja saya.
Sesekali terlihat candi di ujung sana, pertanda tempat tujuan sudah semakin dekat. Ku siapkan segala macamnya, ku periksa barang bawaan, memastikan bahwa tidak ada barang yang tertinggal. Kereta berhenti, ku baca dari jauh terlihat tulisan Stasiun Tugu, perjalanan ini telah sampai sekitar pukul 11.56, aku turun bersama kakek yang tadi. Kita berjalan ke pintu keluar Stasiun, penawaran langsung datang silih berganti, ada ojek, andong, taksi. Berhenti sejenak, Kakek mengeluarkan secarik kertas yang bertuliskan, saya lihat waktu itu sebuah no telp, kemudian saya bertanya
Saya : " Kakek mau telp. siapa?
"Kakek : " Saya mau telp. saudara saya untuk menjemput ke sini? Tapi dari tadi tidak di angkat telp saya."
Saya : " (Saya melihat kakek agak kesulitan menggunakan hpnya) Boleh saya bantu kek?"
Kakek : " Iya, silahkan, ini hpnya dan no telp. disini. "
Saya : " (menelpon, tidak ada respon, saya coba telp dengan hp saya teteap tidak ada respon)
Tidak ada yang mengangkat kek."
Kakek : " Oh ya, bagaimana ini?"
Saya : " Mau saya antar kek, kalau boleh tau rumah saudara kakek di mana?"
Kakek : " Agak jauh dari sini, biar saja, tidak apa-apa saya ke sana sendiri, saya naik andong saja"
Saya : " Yakin kek, tidak apa-apa?"
Kakek : " Iya, tidak apa-apa, lanjutkan saja kau mau kemana. "
Saya : " Oh ya sudah kek, ini saya kembalikan, hati-hati ya kek."
Kakek : " Iya, iya sudah kau lanjutkan saja. (menaiki andong menuju rumah saudaranya).
Disuatu hari kerja pada jam istirahat saya meminta ijin untuk membeli tiket kereta di Stasiun Gubeng Surabaya. Angan ini sudah entah kemana - mana, terbayang band Kla Project dengan lagu populernya Yogyakarta, makan nasi gudeg. Pada waktu itu hari sangat cerah, tiket sudah di beli tinggal menunggu hari berangkatnya. Segala persiapan dirasa sudah cukup, salah satunya tempat yang kudu dikunjungi di sana, beberapa tempatpun ditulis seperti :
1. Keraton,
2. Museum Benteng Vredeburg dengan sejarahnya,
3. Jl. Malioboro dengan keanekaragaman yang di jual,
4. Pasar Beringharjo,
5. Dan yang gak ingin terlewatkan ingin berkunjung ke Candi Borobudur.
Segala tempat sudah di tulis, hari H tiba sesegera mungkin saya mengambil tas, membangunkan bapak untuk berangkat ke Stasiun Gubeng Surabaya, pagi itu jalanan cukup lengang, angkot terlihat sedikit berlalu lalang, berbincang di atas motor menuju Stasiun. Sekitar 20 menit sudah sampai di sana. Menunggu sang Sancaka Pagi untuk mengantar ke Yogya. Keberangkatan saat itu pukul 07.00 dari Stasiun Gubeng Surabaya. Disebelah saya berdiri seorang Kakek, terdengar ucapan logatnya seperti dari luar jawa.
Saya bertanya, " Kakek menunggu kereta apa?"
Kakek menjawab, " Saya menunggu Sancaka Pagi untuk ke Yogya."
Saya, " Loh, sama saya juga mau ke Yogya, kita berangkat sama-sama saja pak
(kebetulan waktu itu saya kebagian di gerbong 1 no. tempat duduk 16D)
Kakek, " Iya, berangkat sama-sama saja
(kakek duduk seingat saya di gerbong ke 2)
Sepuluh menit sebelum keberangkatan kita masuk untuk menunggu kereta. Tak lama kemudian suara kereta berbunyi, ingatan terbayang pada nyanyian waktu saya di TK terdengar sudah, akhirnya saya mendengarnya secara langsung pada waktu itu. Kami beserta penumpang lainnya mulai memasuki kereta sesuai dengan gerbong dan tempat duduk yang telah tertera di tiket. Sekitar 5 menit kemudian kereta berangkat, rasa penasaran ini menghantui Putra untuk pertama kalinya menaiki kereta.
Perjalanan menyusuri kota, pedesaan. Di setiap Stasiun besar kereta ini berhenti untuk menurunkan dan menaikkan penumpang yang lain. Kebetulan waktu itu saya masih duduk sendiri, disebelah kiri terlihat 2 orang yang sedang asik membaca korannya, sambil berkipas-kipas sesekali ku lihat mereka, tak luput juga ku lihat pemandangan selama perjalanan. Kereta berhenti di salah satu Stasiun dan salah satu penumpangnya duduk di sebelah saya, sekitar 15 menit terdiam, perbincangan di mulai, sebut saja namanya Pak Andre, saling bertanya akan kemana, bertanya tentang bekerja dimana, dan hal lain juga.
Ternyata Pak Andre ini pernah bekerja di tempat sekarang saya bekerja. Pak Andre pernah bekerja dengan atasan saya sebut saja Pak Andi, tak lama sambil berbicara, beliau mengeluarkan sebuah hp, dan sepertinya sedang memanggil seseorang di salah satu kontak beliau. Terdengar nama Pak Andi, dan saya menduga (ternyata benar menelpon Pak Andi). Perbincangan terdengar cukup lama, saling sapa antara mereka, sepertinya saling lama tak bertemu. Setelahnya beliau terdiam agak lama, dan perbincangan di rasa cukup, beliau mengakhiri telepon, tak terasa juga ternyata sudah setengah perjalanan ini, Pak Andre turun disalah satu Stasiun di Jawa Tengah. Beliau berpamitan pada saya dan berpesan untuk menitipkan salam kepada rekan kerja saya.
Sesekali terlihat candi di ujung sana, pertanda tempat tujuan sudah semakin dekat. Ku siapkan segala macamnya, ku periksa barang bawaan, memastikan bahwa tidak ada barang yang tertinggal. Kereta berhenti, ku baca dari jauh terlihat tulisan Stasiun Tugu, perjalanan ini telah sampai sekitar pukul 11.56, aku turun bersama kakek yang tadi. Kita berjalan ke pintu keluar Stasiun, penawaran langsung datang silih berganti, ada ojek, andong, taksi. Berhenti sejenak, Kakek mengeluarkan secarik kertas yang bertuliskan, saya lihat waktu itu sebuah no telp, kemudian saya bertanya
Saya : " Kakek mau telp. siapa?
"Kakek : " Saya mau telp. saudara saya untuk menjemput ke sini? Tapi dari tadi tidak di angkat telp saya."
Saya : " (Saya melihat kakek agak kesulitan menggunakan hpnya) Boleh saya bantu kek?"
Kakek : " Iya, silahkan, ini hpnya dan no telp. disini. "
Saya : " (menelpon, tidak ada respon, saya coba telp dengan hp saya teteap tidak ada respon)
Tidak ada yang mengangkat kek."
Kakek : " Oh ya, bagaimana ini?"
Saya : " Mau saya antar kek, kalau boleh tau rumah saudara kakek di mana?"
Kakek : " Agak jauh dari sini, biar saja, tidak apa-apa saya ke sana sendiri, saya naik andong saja"
Saya : " Yakin kek, tidak apa-apa?"
Kakek : " Iya, tidak apa-apa, lanjutkan saja kau mau kemana. "
Saya : " Oh ya sudah kek, ini saya kembalikan, hati-hati ya kek."
Kakek : " Iya, iya sudah kau lanjutkan saja. (menaiki andong menuju rumah saudaranya).
Kakek itu ... (bersambung ke bag. 2)